Oleh: Yusriadi
Pengantar:
Tulisan ini adalah makalah yang disampaikan dalam Seminar 35 tahun Institut Alam dan Tamadun Melayu (ATMA) Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM). Seminar dilaksanakan tanggal 25 Juni 2007 lalu di Sudut Wacana Kampus UKM, Bangi, Kuala Lumpur.
Pendahuluan
Tema ini sangat menarik. Biasanya, dalam pandangan awam –khususnya orang di Kalimantan Barat, penyelidikan bahasa dan perkembangan masyarakat Islam bergerak terpisah. Bahasa, ya, bahasa. Masyarakat Islam, ya, masyarakat Islam.
Penyelidikan bahasa berkaitan dengan kegiatan linguis mengumpulkan data bahasa yang digunakan masyarakat, atau bicara mengenai bentuk yang diterima dan tidak. Hampir-hampir terlepas dari masyarakat Islam.
Bila membicarakan masyarakat Islam berarti membicarakan bagaimana masyarakat mengamalkan ajaran Islam. Membicarakan penelitian Islam, para ilmuan lebih cenderung melihat dari sisi normatifnya.
Sebelum ini ada juga kecenderungan untuk menganggap Islam sebagai bentuk yang asli dari tradisi agama samawi tersebut. Jadi Islam akan berkaitan dengan persoalan-persoalan ibadah dan lain sebagainya. Bila di luar dari kenyataan ini, orang akan menganggap ini bukan Islam, atau ini bukan yang asli Islam.
Sesungguhnya kewujudan hal seperti ini amat ketara, dan merupakan gejala umum di Indonesia. Dalam buku mengenai penelitian agama di Indonesia sudahpun disebutkan bagaimana kalangan agamawan memisahkan antara penelitian sosial dan penelitian agama. Oleh sebab itu penelitian mengenai masyarakat Islam kurang mendapat sentuhan dari sudut ilmu sosial. Tulisan ini, dalam banyak hal menggambarkan upaya yang perlu dilakukan untuk menempatkan konteks sosial keagamaan pada satu tataran praktis. baca selengkapnya